Sunday, December 5

Dinding Malam Rumah Kita





kali ini,
aku mengikis langitlangit sunyi dengan sebilah rindu, dan kelak, aku bisa meletakan namamu diantara jejakjejak hujan yang tertinggal di awan

kekasihku,
kitalah sajaksajak tua diantara pucukpucuk kemboja,

dan aku sengaja meletakan doa diantara ranahranah dalam keningmu,

kalaukalau kau lupa jalan pulang
menuju rumah kita
sementara saat ini,

hujan telah mengikis perlahan atap rumah

yang kita buat perlahan dengan doadoa purnama
membawa aroma layu kepada batangbatang kayu tua penyangga dindingdindingnya
lelayu perlahan,
melayu perlahan,

dan kini rapuh
hanya menyisakan puingpuing batu,
kerap aku masih menyimpan serpihan dari dinding itu,

kalaukalau aku juga lupa tetapak untuk pulang nanti
kerap aku masih menyiumi namamu,
yang kau hembuskan ke dalam bibirku

kalaukalau aku masih memandang merah purnama
dari celah jendela rumah kita
dan kini,
aku hanya bisa melihatmu
diantara temboktembok runtuh

merajut dalam sepi juga berbicara dengan bisu

kali ini,
aku mengikis langitlangit sunyi dengan sebilah rindu dan kelak, aku bisa meletakan sepotong malam diantara jejakjejak hujan yang tertinggal di awan

( 2009-2010, Saat senja memecah di Kuta berlanjut ketika hujan mengikis perlahan langit malam )

Wednesday, December 1

Aku ( Hawa ) Dalam Doa


dedikasi untuk seorang perempuan hebat dalam hidup.

aku perempuan, lahir di dalam sangkar mahluk segitiga
engkau pria, dikandung dalam rahim sang pemeluk surga dalam nama Bapa, kita berdoa engkaulah Adam, dan aku Hawa
kekasihku,
malam ini kita lihat purnama
seperti apel merah
yang menghatamkan nama dosa
amis seperti darah pucat pasi
membusuk di
goronggorong nadi
dan meninggal di kolong kasur kamar ini

( Bapa kami yang ada di surga, janganlah masukan kami ke dalam percobaan tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat )
kekasihku,
malam ini kita bertemaram dibawah purnama

dengan cerita cinta mengisahkan tentang kita,

yang merasuk sumsum tulang iga ,

dan membusuk kembali seperti sampah di sudut dapur rumah kita
( Bapa kami yang ada di surga, semoga..
semoga...semoga aku perempuan dalam doaMu )

***
kekasihku, hari ini kita berdusta
dengan lidah ular yang kita pinjam
sebelum dilempar dari surga

akhirnya melata di tanah berantah dalam dunia
( salam Maria penuh rahmat, terpujilah engkau di antara wanita )
kekasihku,
jangan lupa
malam ini kita bercinta
dengan keringat yang kita pilin menjadi hasrat,

juga nasihat Maria Magdalena,sang tersayang, pelacur Tuhan di surga
( salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu )
kekasihku,
malam ini aku ingin berkurban
memotong buah pelirmu
juga kepercayaan
yang ada dalam setiap ranum dagingnya
karena aku wanita,
bukan binatang hina
yang engkau siksa,
seperti Daniel menyiksa singasinga di gua
( salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu )

kekasihku,
malam ini
aku ingin bercerita,
aku bosan denganmu,
karena aku perempuan,
bisa berkata
" tidak "
kepada aroma penis liarmu,

juga sperma dari rongga bibir manisnya,
aku ingin mengebirinya,
seperti
leher domba yang dikebiri Abraham
( salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu )
kekasihku,
pagi nanti
aku ingin mengubur jasadmu,
memimpin misa kematianmu

dan melemparkan api ke dalam peti matimu,
semoga engkau di perkosa
oleh malaikat-malaikat neraka,
seperti engkau menjadikan aku

budak nafsumu belaka

( salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu)
kekasihku,
engkau tahu
ini hanya doa belaka
aku perempuan, pemeluk surga
dan pengandung kencana,
bukan pelacur surga semata,

aku ibu dari para pria sepertimu

dan engkau kelak mengetuk surga di telapak kakiku


( 2010, entah apa yang merasuk )

Penanti Pucuk Desember


kitalah sajak sajak tua, dalam lelap pucukpucuk Desember tiba, membakar setiap daunnya,bertanya kepada siapa yang menjadi tuan dan tuhan para pendusta, di antara percik purnama kita berdoa, dalam nama Bapa dan Putera juga Maria

( 2010 - )