Monday, November 22

sketsa pejalan kaki dan aroma kopi



kita pejalan kaki,
kerap berkali kali jatuh di ranah yang sudah terpatri
kita pejalan kaki,
dengan malam mengalir dikolong kolong mimpi

kita pecandu,
aroma puisi hangat tersaji dalam cangkir kopi
juga namanama penyair yang dibawa
hujan kala mencandu di sore hari
kita kekasih,
dengan balutan malam mengisi gelasgelas bir tinggi
juga namanama ingatan yang diantarkan
angin patah dilahirkan dari rahim memori,
kita penenun sunyi,
dibalik mesin pintal bersama memenun puisi
dengan kosakata yang sudah basi
dan kerap mencari diantara ayatayat yang pucat pasi
sebab,
engkaulah Layla dan akulah Qays
yang sama-sama gila ketika rindu pergi tanpa permisi
sebab,
kita pecinta,
peluruh rapalan-rapalan para nabi,
hingga nanti kitalah penulis ajaran itu sendiri

" kita pejalan kaki,
suatu saat akan membuat jalan sendiri
dan malam akan mengakhiri
dengan kecupan gaib-gaib puisi "


( 2009 - 2010, Kepada Bunga Bunga Matahari )

No comments:

Post a Comment