Saturday, August 27

Surat Untuk Kencana



" apa yang kurindu ? bukan sebatas menulis puisi dilekuk bibirmu. lebih dari itu."

untuk Kencana,
aku tahu persis,
bagaimana lelahmu melahirkan kupu-kupu
sebagaimana kau tahu persis.
lelahku mengucap rindu.
katamu,
" sunyi tidak pernah ada habisnya mengucap rindu "
dan pintaku satu,
" jangan pernah melepaskan senja yang kukunci dalam bibirmu"

-----------------------------

suatu hari,kita bertemu
diantara kopi dan aroma buku
bibirku lantas bertanya
" aku masih menyimpan kelopak senyummu, yang ranum,gading seperti kemboja

boleh aku simpan kan ? "
kau kembali,dengan senyum yang ranum itu,
ah ingin kugigit,untuk sarapan pagiku.
sial ! aku masih merindumu
seharusnya,dulu,
kita tidak pernah bertolak dari titik dimana senja akan mati.
seharusnya dulu,
aku menemanimu memetik rembulan dipagi hari.
tentu,semesta tak akan pernah melihat seperti yang sekarang ini.
tapi,pluit kereta sudah terlanjur berbunyi,
dan kita bertolak dari stasiun yang tidak pernah sunyi.

ah,Kencana
hanya sebatas rindu yang aku punya untukmu saat ini.
hanya sebatas puisi yang ingin kuberi pagi ini
rasa-rasanya,debupun bisa kupintal menjadi lagu.
jika ini menyangkut rindu akan tubuhmu.
ah,Kencana
apa yang kurindu ? bukan sebatas menulis puisi dilekuk bibirmu. lebih dari itu.
yang kurindu,menempelkan acap doa dalam selimutmu,
yang kurindu,memberi kecupan hangat dipelupuk matamu.
ah,Kencana
keretamu,keretaku
sudah saling menjauh,
dan tak pernah bertemu

terima kasih,
pemuda Senja

( 2011,pagi hari ketika retakan rindu kembali )

No comments:

Post a Comment